“Tidak ada cara lain selain menikmatinya”
Kamu tau bagaimana perasaanku akhir-akhir ini? Aku sampai bingung mendefinisikannya. Antara bingung, seneng, sedih, takut, khawatir, marah, campur aduk pokoknya mirip gado-gado. Tapi mari kita sepakati bersama kalau perasaan ini namanya kupu-kupu.
Ku kira belum genap dua bulan aku mengenalmu. Belum ada sepanenan padi, apalagi jagung. Tapi lucunya hatiku sudah mantap. Berulang kali aku curiga kamu mencuri susuk Nicholas Saputra atau susuknya Raffi Ahmad. Tapi anehnya, yang kulihat tetap kamu, ya kamu si anak pelosok, dan aku tetap suka bagaimana pun itu.
“Algoritma GustiAllah ngga bisa ditebak” katamu. Kali ini aku sepakat sekali. Betul-betul tidak bisa ditebak.
Kamu menyerahkan bukumu untuk kubuka-buka, kubaca-baca, dan semakin ku membacanya semakin aku suka. “Aku adalah perempuan yang beruntung bisa menjadi pilihanmu” kataku. Untuk ini aku tidak menerima debat.
Hari lalu, kamu mengajakku memasuki bab yang paling sensitif dibukuku. Mempertemukanku dengan sosok yang melahirkanmu ke bumi. Dengan PDnya kamu bilang “ada yang mau ketemu calon mertua” rasanya dadaku bergemuruh, penuh sekali sampai mau meletus.
Untungnya aku batal meletus, setelah ibumu memelukku dan berbisik padaku “besok gek rumah sini selamanya ya” rasanya seperti minum air es pas lagi panas-panasnya.
Aku bertemu lagi dengan pawon, tempatku mengamatimu waktu itu. All about you. aku ingin punya kekuatan psycometrik, ingin bisa melihat segala tingkah konyolmu waktu kecil. Bagaimana orang yang aku kasihi, berativitas di rumahnya bersama keluarga hangatnya.
Hari itu aku menjelma spons, ku ingin menyerap sebanyak-banyaknya momen yang terjadi hari itu. Momen duduk bersama ibumu di depan teras, bersama bapak, kawanmu, simbahmu, likmu, dan semua orang-orang yang hadir di hari itu. Sejatinya aku ingin banyak bertanya tentangmu. Tapi sepertinya energiku belum sampai.
Hal yang membuatku sangat bungah, bisa makan bareng di ruang tengah. Bersamamu, bersama keluarga kecilmu. Aku yang mobar-mabir kesana kemari, seperti bertemu rumahnya. Seperti angin bertemu pohon. Seperti air bertemu kolamnya.
Terimakasih tak terhingga kepadamu dan seluruh pasukanmu. Sepertinya aku siap diambil alih olehmu. Aku menyerahkan diri untuk dibawa ke kerajaanmu. Ku siap belajar menjadi pasanganmu dan juga anak bapak ibumu. Kamu taukan dalam bab ini, bukuku belum lengkap. Banyak kosongnya. Semoga kamu pun bersedia membantuku mengisi kekosongannya. Semoga kita bisa saling menyembuhkan satu sama lain.
Aku menikmati segala prosesnya, dengan syarat itu bersamamu.
Di tulis di Kepil — sampai Minggir 🌻