Saya sedang berusaha menguraikan isi kepala saya yang akhir-akhir ini seperti benang kusut — — okey kita mulai yaaa.
Sudah setahun lebih saya mengerjakan, mengoperasikan, mencurahkan segala isi pikiran dan tenaga ke sebuah cita-cita kolektif yang berwujud warung di tengah desa pinggiran kota Jogja. Saya datang dengan kesadaran penuh, bahwa saya ingin belajar dan bersepakat dengan sebuah visi yang menurut saya layak untuk diperjuangkan.
Seperti yang saya sebutkan, perwujudan dari cita-cita ini dilakukan secara kolektif yang dalam KBBI berarti bersama-sama ; gabungan. Artinya adanya keterlibatan banyak orang bahkan entitas di dalamnya yang menyokong, terwujudnya cita-cita kolektif ini. Banyak orang artinya adalah banyak kepala, banyak kepala artinya ada banyak ekspektasi dan kepentingan yang membayangi warung tersebut.
Ini adalah pengalaman baru yang kujejali. Saya terbiasa bekerja individu, kalaupun kolektif pol mentok hanya berupa proyekan yang dikerjakan paling lama 3 bulan. Kalau yang saya kerjakan saat ini, adalah upaya bersama yang kalau bisa berlaku seumur hidup (kayaknya). Karena visi yang dipegang membahas persoal kelestarian yang berarti perjuangan seumur hidup.
Apa yang membuat sulit terwujudnya cita-cita kolektif ini ? jawaban disini pure apa yang saya rasakan ya. Beda kepala akan beda jawaban.
#1 Komunikasi yang kurang clear
Memiliki ego dan kepentingan pribadi adalah hal yang wajar, karena memang sebagai manusia sudah dikodratkan memiliki hal tersebut. Yang membuat ini menjadi sulit adalah ketika kepentingan pribadi tidak disampaikan dengan clear.
Saya mencoba memahami, bahwa menyampaikan kepentingan pribadi di dalam forum itu bukan perkara mudah. Namun ini perlu disampaikan dan seharusnya menjadi tidak apa-apa ketika disampaikan. Mungkin yang perlu diatur adalah mekanisme menyampaikan “kepentingan” tersebut, agar sama-sama enak dan nyaman.
Sebagai anak komunikasi saya paham betul kenapa komunikasi yang clear sulit dilakukan. Adanya perbedaan latar belakang, pengalaman pribadi, persepsi serta trauma-trauma masalalu yang membuat komunikasi yang clear ini sulit dilakukan.
#2 Kebutuhan yang berbeda
Sebetulnya ini mirip dengan kepentingan pribadi, kendala dari kerja kolektif adalah kebutuhan perorang yang berbeda. Ada yang butuh A tapi, ada yang butuh B, ada yang merasa A dan B tidak penting. Nah ini cukup membuat runyam ketika tidak sama-sama menyadari, bahwa dalam kerja kolektif tidak bisa semua hal yang diinginkan bisa dipenuhi. Hal yang pertama harus dipenuhi adalah kebutuhan bersama. Dan kebutuhan bersama bisa ditemukan dengan adanya diskusi bersama.
#3 Kita Semua Setara
Kadang-kadang perihal kesetaraan menjadi sesuatu yang terlupakan. Manusia satu dengan manusia yang lain itu derajatnya sama. Dalam kerja kolektif, semua ambil peran masing-masing. Jobdesk bukan berarti strata, semua peran dalam kolektif sama pentingnya.
Dalam kerja kolektif kita bekerja untuk cita-cita bersama, bukan bekerja untuk memuaskan satu dua orang. Hal ini terlihat simpel namun faktanya njlimet juga.
Kerja kolektif atau kolaboratif bukan sesuatu hal yang mustahil dilakukan, kita semua bisa melakukan dan perlu dilakukan. Yang perlu terus dilakukan adalah belajar dan evaluasi. Perbanyak duduk bareng, mengkoneksikan isi kepala dan hati bersama-sama.