Ibarat putih yang mengandung semua warna, ombak adalah bunyi putih yang meleburkan segala kegaduhan dunia sampai tak ada satu pun yang mengganggu
Di antara semua kesibukanmu dan kegaduhanku, aku selalu ingin bisa meleburkannya bersamamu, menjadikannya bunga-bunga, yang mewangi diantaranya.
Kekasihku tidak akan menulis surat balasan dari tulisan-tulisanku. Ia akan membalas dengan gayanya sendiri. Entah dengan gerak-gerik lucunya memasang interkom di helmku, memastikan agar komunikasi kita lancar jaya di jalanan, atau dengan usaha membetulkan kepala motorku yang hampir coplok dari lehernya. Geriknya sungguh lucu, sampai-sampai aku sering senyum-senyum sendiri mengingat tingkahnya.
Apa yang ku rasakan tentangnya betul-betul tidak bisa diwakilkan bahkan oleh 100 lagu cinta sekalipun. Kekasihku betul-betul membuat perasaanku bergejolak. Kadang aku bisa setenang air dalam gentong, tapi kadang-kadang tantrum juga. Apalagi saat lagi kangen-kangennya, tantrum sampai ubun-ubun.
Jika jarak antara aku dan kekasihku selebar balon, aku ingin menusuknya dengan jarum — dan dor, tidak ada jarak lagi di antara kita. Aku bisa memandangimu dengan leluasa tanpa terhalang balon. “Tenang, suatu hari akan sampai waktunya, mari kita nikmati dulu perasaan ini”
Aku iri sama oksigen di dalam tubuhnya, yang bisa leluasa keluar masuk lewat hidung, kerongkongan, bahkan masuk ke dalam dadanya. Ia bisa melihat lebih dekat bagaimana jantung kekasihku bekerja ketika bertemu denganku. Sedangkan aku hanya bisa menerka lewat jam sport di tangannya, kadang warnanya biru kadang warnanya merah. Kalau sudah merah pikiranku jadi tamasya, ini yang bikin berubah warna aku atau yang lain.
Huhhh… badanku sering kepanasan ketika memikirkannya. Kalau sudah begini, ku harus pintar-pintar menjaga ritme. Pelan-pelan ya sayang sebentar lagi kita pulang ke rumah yang sama ✨
Ditulis di Minggir sambil senyum-senyum sendiri ✨